Deklarasi Pelestarian Cagar Budaya Berkelanjutan: Gedung Pola Perintis Kemerdekaan

Jakarta, 28 Oktober 2019.

Gedung Pola adalah satu bangunan yang didirikan atas prakarsa Presiden Sukarno pada masa Demokrasi Terpimpin (1959-1965). Terletak di Jalan Pengangsaan Timur No. 56, Gedung Pola merupakan bagian daripada kompleks rumah kediaman Presiden Sukarno, di mana tempat Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia dibacakan. Gedung Pola awalnya didirikan sebagai “sebuah museum atau galeri yang mempertontonkan rencana-rencana fisik besar yang digagas oleh Pemerintah Republik Indonesia,” utamanya proyek infrastruktur dan gedung (Sopandi 2017). Pada masa Orde Baru, Gedung Pola digunakan untuk “penyelenggaraan pameran-pameran pembangunan secara permanen yang akan memperlihatkan kemajuan-kemajuan dari Pembangunan Nasional Semesta Berencana” (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) 1966, 4).

Gedung Pola mulai dibangun pada 1 Januari 1961 dan dikelola oleh yayasan sesuai nama gedung, Jajasan Gedung Pola, dipimpin oleh R. Mohd. Amrin yang bertanggung jawab langsung kepada Kepala Staf Presiden Urusan Gedung Pola, Mayor Jenderal Suprayogi (Winarno 1964, 14). Sebagai bagian dari Pembangunan Nasional Semesta Tahapan I,  Gedung Pola dirancang oleh arsitek Friedrich Silaban (1912-1984), yang kerap membangun proyek-proyek monumental pada masa Demokrasi Terpimpin. Gedung Pola memiliki ciri khas “gedung dengan naungan atap besar yang ditopang oleh kolom-kolom pipih dan bersalutkan dinding yang tidak pejal/masif, sehingga mengekspresikan ‘terbuka’ dan ‘tropis’ tanpa kehilangan kualitas monumentalnya” (Sopandi 2017). Meski sempat terhambat oleh meletusnya peristiwa Gerakan 30 September, pembangunan Gedung Pola selesai pada 1965 dan memakan biaya sebesar Rp.1.135.120.832. (Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) 1966, 5)  

Gedung Pola telah digunakan untuk melaksanakan pameran-pameran pembagunan sejak tahun 1964. Tercatat bahwa pada 17 Agustus 1964, Pameran Pola Pembangunan Nasional Semesta Berencana dilaksanakan di Gedung Pola, dan setahun setelahnya, Gedung Pola menjadi tempat dilaksanakannya Pameran Pembangunan V/1965. Selain itu, market proyek-proyek monumental Sukarno seperti Proyek Tugu Nasional (Monumen Nasional), Proyek Departemen Store SARINAH, Proyek Ancol, Hotel Banteng, Planetarium, dan pembangunan berbagai patung dan monumen kerap dipamerkan kepada masyarakat di Gedung Pola (Winarno 1964, 14–15).

Penulis: Norman Joshua Soelias
Instansi: Northwestern University
Editor: Dr. Andi Achdian, M.Si

Referensi Pustaka

  1. Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS). 1966. “Ichtisar Tahunan Tentang Pelaksanaan Ketetapan MPRS No. II/MPRS/1960 Mengenai Pola Pembangunan Nasional Semesta Berentjana Tahapan Pertama 1961-1969 Jang Berkenaan Dengan Tahun Pelaksanaan Pembangunan 1965.” Jakarta.
  2. Sekretariat Jenderal MPR RI. 2006. Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia: Sejarah, Realita Dan Dinamika. Jakarta: Majelis Permusyawaratan Rakyat.
  3. Sopandi, Setiadi. 2017. “Gedung Pola: Etalase Orde Lama Sarat Makna.” Arsitektur Indonesia. April 21, 2017. http://www.arsitekturindonesia.org/museum/gedung-pola-etalase-orde-lama-sarat-makna.
  4. Sukada, Budi A., Yulius Pour, and Hilmi Syatria. 1995. Gedung MPR/DPR RI: Tonggak Karya-Cipta Putera Bangsa Indonesia Wahana Perujudan Demokrasi Pancasila. Jakarta: Tim Panitia Penerbitan Buku Gedung MPR/DPR-RI Sejarah dan Perkembangannya.
  5. Winarno, Susilo. 1964. “Gedung Pola: Lambang Kebesaran Tjita2 Bangsa Indonesia.” Mimbar Indonesia, 1964.
  6. Wirjomartono, Bagoes. 2013. “Soejoedi and Architecture in Modern Indonesia: A Critical Post-Colonial Study.” International Journal of Architectural Research 7 (1): 177–85.

Prana Luar

  1. Gedung Pola. Ensiklopedia Sejarah Indonesia. Kemdikbud.
  2. Gedung Perintis Kemerdekaan. Arsitektur Indonesia.
  3. Tembok-Tembok Muram Perintis Kemerdekaan. Media Indonesia (25 Agustus 2017).
  4. Gedung Pola Resmi Menjadi Kantor Pusat Bakamla RI (28 Januari 2018).